Rabu, 02 September 2015

fakta


                                                        GARA-GARA ASBAK


            Saat sedang pelajaran seni budaya, guru membagi sebuah kelompok yang terdiri dari 3 orang anak untuk membuat  asbak dari tanah liat. Saya satu kelompok dengan Novi dan Nila. Setelah pulang sekolah kami pergi ke sawah untuk mencari tanah liat.
            Sesampaimya disana, kami harus menyebrangi sungai kecil terlebih dahulu untuk sampai disana. Kemudian kita berjalan diatas tanah liat dipinggiran sawah tersebut. Ketika sedang berjalan, seorang pemilik sawah itupun meghampiri kita sambil marah-marah.
           ''Wooi.... sedang apa kalian disana...!" Ujar seorang pemilik sawah tersebut.
          Tanpa menghiraukan perkataan seorang pemilik sawah tersebut, kami segera lari diatas tanah liat yang lembek. Saat sedang berlari, handphone Nila terjatuh dipinggiran sawah. Ia pun langsung mengambilnya dan melanjutkan larinya.
          Akhirnya kami pun berhenti didekat sungai kecil. Lalu Nila membersihkan handphonenya yang kotor sebab terjatuh diatas tanah liat tersebut. Dia membersihkan handphonenya dengan mata yang berkaca karena takut dimarahi sama Ibunya. Tapi setelah dibersaihkan, ternyata handphonenya masih bisa digunakan dan kami pun tidak jadi mengambil tanah liat tersebut. Akhirnya, kita pulang tanpa membawa apa-apa.


3 komentar:

  1. Bila kegagalan itu bagai hujan, dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi.
    Manusia terbaik adalah yang selalu berusaha membuat orang lain senang. Lakukanlah walaupun kamu harus meninggalkan mereka dan sendirian.

    kasihan !!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. makanya permisi terlebih dahulu,itulah balasan bagi orang-orang yang jahat

    BalasHapus
  3. yaaaa Allah.....
    nama.x jg ngak tau sp pemilik.x

    BalasHapus